Katacara, Jakarta– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menghimbau warga lebih bijak dalam menggunakan air bersih untuk mewaspadai kekeringan di puncak musim kemarau. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga, Pemerintah melalui PAM Jaya akan menyiagakan Instalasi Pengolahan Air (IPA) mobile dan mobil-mobil tangki air.
Dikatakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di Tahun 2022 akan terjadi mulai Juli hingga September. Terhitung 1 hingga 7 Mei 2022 lalu, gelombang panas juga tercatat mencapai angka tertinggi di kisaran suhu 33 hingga 36,1 derajat celcius. Kondisi ini diprediksi akan memperparah kekeringan di musim kemarau mendatang.
Membantu warga di daerah rawan kekeringan mendapatkan akses air bersih, tiga mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Pertamina (UPER) membuat alat pemasok sekaligus permurni air dengan memanfaatkan Internet of Things (IoT). Ketiga mahasiswa tersebut adalah: Muhammad Rozan Miqdad, Nadiya Mayuda Putri, dan Fadhlan Adha.
Gagasan ini berhasil menghantarkan ketiga mahasiswa meraih Juara 3 dan gelar ‘Honorable Mention’ pada kompetisi bergengsi internasional bertajuk ‘NXPlorers’. Ajang ini diinisiasi oleh perusahaan migas multinasional, Shell.
Menurut Rozan, salah satu anggota tim, daerah yang dipilih adalah kawasan Kampung Baru Kubur, Jakarta Utara. Kawasan ini sering mengalami kelangkaan air bersih karena lokasinya yang jauh dari sumber air bersih.
- UPER Gelaran E-Sport Pertama yang Manfaatkan Energi Terbarukan
- Kolaborasi Tiga Entitas Jadi Kunci Atasi Job-Education Mismatch
- Mahasiswa UPER Bagikan Kiat Persiapan Belajar Ke Amerika
- Antisipasi Megathrust: Tips Siap Siaga Bencana dari Para Ahli
- UPH FESTIVAL 2024: Sambut Lebih dari 5.000 Mahasiswa Baru, UPH Dorong Mahasiswa Bijak Manfaatkan Teknologi AI
“Sumber air terdekat yang kami pilih untuk dialirkan ke wilayah ini adalah Kali Krukut. Namun, kondisinya kurang layak untuk dikonsumsi karena tercemar dengan berbagai zat. Sehingga, sebelum dialirkan kami perlu untuk memurnikan airnya dengan metode reverse osmosis menggunakan Water Treatment Plant (WTP),” ungkap Rozan dalam wawancara daring, Senin (30/05).
Reverse Osmosis (RO) merupakan teknologi pemurnian air dengan menggunakan lapisan penyaring berteknologi tinggi untuk menghilangkan ion, molekul, dan partikel besar dari air. Proses penyaringan ini menghasilkan air yang tidak hanya aman untuk penggunaan mandi, cuci, kakus (MCK) sehari-hari, tetapi juga aman untuk dikonsumsi secara langsung.
Adapun untuk menyuplai kebutuhan listrik, menurut Nadiya, tim menambahkan inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) jenis bifacial. Penggunaan panel surya bifacial ini, menurut Nadiya, diharapkan dapat menghasilkan energi yang lebih besar daripada penggunaan panel surya biasa.
“Bedanya dengan panel surya biasa, panel surya jenis ini memungkinkan untuk menghasilkan daya dari kedua sisinya. Satu sisi menerima cahaya dari matahari, sisi satunya menerima cahaya dari permukaan yang dapat memantulkan cahaya matahari. Untuk mengoptimalkan kinerjanya, PLTS bifacial ini juga terintegrasi dengan solar tracking,” pungkas Nadiya.