KATACARA, JAKARTA, – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada 26 Oktober mengungkapkan, 80 persen mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai dengan jurusan kuliahnya. Alhasil, persaingan kerja di era VUCA menuntut angkatan kerja menguasai lebih dari satu disiplin ilmu.
Youth Central Australia mengungkapkan, ada delapan keterampilan yang harus dikuasai oleh lulusan perguruan tinggi, terlepas dari apapun bidang keilmuannya. Website yang telah menjadi rujukan bagi para generasi muda tersebut, menyebutkan setidaknya para calon pekerja harus memiliki kemampuan komunikasi, kerja sama tim, dan problem solving.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Richard Arum dalam bukunya yang berjudul Academically Adrift: Limited Learning on College Campuses menempatkan kemampuan komunikasi sebagai salah satu kemampuan wajib yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi.
Kemal Gibran, Mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Pertamina, membagikan pengalamannya tentang bagaimana kemampuan komunikasi sangat diperlukan dalam persiapan memasuki dunia kerja. “Selama ini, stigma yang melekat secara umum adalah sarjana sains dan teknologi hanya perlu menguasai bidang keilmuan mereka. Padahal, jika seorang lulusan teknik tidak membekali diri dengan kemampuan komunikasi yang baik, akan sulit baginya bekerja sama dalam tim,” ujar Kemal.
Kemal mengungkapkan, berkat kemampuan komunikasi yang terus dilatihnya, ia dan tim Awdogleg berhasil memenangkan juara kedua di ajang Internasional Reservoir Simulation yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Petronas (UTP), Malaysia.
“Sebenarnya, inovasi yang digagas tim cukup sederhana. Kami merancang dua sumur horizontal dan empat sumur multilateral setelah sebelumnya melakukan analisa well trajectory untuk mencegah tabrakan sumur. Namun, dewan juri mengatakan mereka sangat puas dengan hasil presentasi kami dan cara kami meyakinkan mereka,” tutur Kemal.
Rendy Novriansyah, ketua tim, mengatakan bahwa gagasannya dan tim berpotensi menghasilkan produksi minyak sebesar 171 juta barel dengan profit 11,871 juta USD. “Angka tersebut kami peroleh setelah kami menganalisa posisi dari 43 sumur migas gabungan sebagai studi kasus,” ungkap Rendy.
Surya Abdul Aziz, anggota tim lain, mengakui bahwa kehadiran mata kuliah Teknik Pengeboran, Simulasi Reservoir, dan Capstone Project, sangat membantu tim dalam merancang proposal project. “Selain itu, mata kuliah non-teknik lain seperti Critical Thinking dan Creative Problem Solving juga sangat membantu kami dalam menyusun strategi presentasi yang out of the box. Kami menyampaikan ide dengan terstruktur. Kami juga melakukan breakdown data secara step by step. Tidak lupa banyak berlatih intonasi dan gestur sehingga presentasi tidak terlalu kaku dan membosankan,” pungkas Surya.
Di Universitas Pertamina, Critical Thinking dan Creative Problem Solving adalah dua Mata Kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa. Dengan membekali para mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara kreatif dan inovatif, ditambah project based learning semacam ini, lulusan Universitas Pertamina diharapkan lebih siap berkompetisi di dunia kerja.
Tim lain dari Universitas Pertamina juga turut menyabet juara ke-5 di ajang yang sama. Tim yang menamai diri mereka Last Bid tersebut, beranggotakan Vini Nandi Rahma, Rendy Maylana Putra, dan Garnis Handayani.
Saat ini, kampus milik PT Pertamina (Persero) tersebut sedang membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor untuk Tahun Akademik 2022/2023. Pendaftaran telah dibuka sejak tanggal 18 Oktober hingga 1 Desember 2021 mendatang. Seleksi ini merupakan seleksi tanpa tes, yang dapat diikuti oleh siswa SMA/sederajat lulusan tahun 2021 dan 2022. Pendaftar di Seleksi Nilai Rapor juga berkesempatan memperoleh Beasiswa Heroik. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran