Peringati Hari Ibu, Dompet Dhuafa Bahas Telekonseling Menyusui

KATACARA, JAKARTA – Bertepatan dengan peringatan hari ibu, Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa menggelar webinar berjudul membumikan telekonseling menyusui, mendukung ibu berdaya yang dilangsungkan melalui daring dengan dihadiri 198 peserta pada hari Rabu kemarin, 22 Desember 2021.

Pelaksanaan kegiatan webinar kali ini dihadiri oleh Ahmad Shonhaji selaku Direktur Budaya dan Pelayanan Masyarakat, kemudian dr. Hasto Wirdoyo, Sp.OG(K) yang menjabat sebagai kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), lalu Sifing Lestari selaku SO Promosi Kesehatan, selanjutnya hadir juga Putri Mahardika, MKep.Sp.Mat sebagai pembicara dan Fajar Tri Waluyanti, Ns.Sp.An, IBCLC serta Idei Khurnia Swasti, S.Psi. Webinar yang dihadiri oleh mayoritas para ibu ini dimoderatori oleh dr. Kartika Sari Widuri, Sp.A.

Ahmad Shonhaji yang membuka webinar ini mengucapkan selamat hari ibu, yang tetap tangguh, sabar dan tetap menjadi teladan bagi putra-putrinya.

“Selamat hari ibu, tetap tangguh, tetap semangat dan paling hebat ibu selalu sabar dalam segala ujian, apalagi tetap sabar dalam menyusui putra putrinya. Alhamdulillah pagi hari ini divisi kesehatan dompet dhuafa bekerjasama dengan banyak pihak melaksanakan satu kegiatan yang mendukung dan membangkitkan satu motivasi dan semangat untuk meingkatkan nutrisi dan gizi anak melalui program membumikan telekonseling menyusui untuk mendukung ibu berdaya,” tutur Shonhaji.

Lebih lanjut Shonhaji menjelaskan pertemuan atau webinar kali ini menjadi salah satu kegiatan untuk mencegah stunting melalui dukungan telekonseling.

“Kedepannya mungkin informasi-informasi yang akan didapat bagi masyarakat tentang pentingnya asi ekslusif dan mengurangi tingkat stunting, ini sangat didukung dengan kekutan telekonseling yang salah satunya akan coba dibahas pada pertemuan pagi hari ini,” ujar Shonhaji.

Kemudian Hasto Wirdoyo sebagai keynote speaker kali ini menjelaskan dengan memanfaatkan asi melalui inisiasi menyusui dini (IMD) bisa mencegah kematian.

“Angka kematian di 28 hari pertama ini cukup tinggi ya, jadi kematian di neonatal ini bisa dicegah, karena sering bayi tuh kedinginan, itu juga menjadi salah satu penyebab, jadi ketika bayi menjilat kulit ibu misalkan menelan bakteri baik gitu ya, bakteri akan berkoloni di usus bayi dan menyaingi bakteri ganas dari lingkungan,” ucap Hasto.

Selain itu, Putri Mahardika menerangkan telekonseling sudah ada semenjak pandemi dan didasarkan untuk melanjutkan perawatan bagi ibu post partum.

“Telekonseling yang udah semenjak pandemi ini sudah banyak. Telekonseling ini didasarkan untuk melanjutkan perawatan bagi ibu post partum, sehingga kita bisa meningkatkan kesejahteraan bagi ibu dan bayi. Ini merupakan salah satu alternatif bagi ibu untuk mengatasi masalah menyusui,” ungkap Putri.

Sementara itu, Fajar Tri Waluyanti menjelaskan konseling itu ada proses interaksi antara konselor dengan ibu hamil atau ibu dan tujuan dari konseling itu untuk memberdayakan ibu dan menghormati ibu.

“Konseling itu ada proses interaksi antara konselor dengan ibu hamil atau ibu, interaksi itu tidak selalu face to face. Tatap mukanya tidak secara nyata gitu ya, artinya berarti kalo menggunakan elektronik tapi ada video face to face juga disitu atau ada intekasi disitu berarti bisa dong. Tujuan konseling itu adalah empower, membuat ibu berdaya dan kita juga menghormati situasi yang terjadi pada si ibu itu dan keinginan-keinginan ibu. Pedoman konseling menyusui who mengaku bahwa telekonseling dan teknologi lainnya adalah pilihan yang sangat berguna sebagai tambahan dan dapat memberdayakan ibu serta petugas kesehatan dan konselor awam atau sebaya,” jelas Tri.

Selain itu, Sifing Lestari mengungkapkan masih banyak kebutuhan masyarakat terhadap konseling dan Dompet Dhuafa selalu berusaha memberikan ide atau gagasan yang bisa menggerakkan dengan berbasis volunterisme.

“Memang ternyata masih banyak kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan konseling dan ini yang harus kita respon, karena memang sistem layanan kesehatan kita saat ini, belum bisa memberikan jawaban atas kebutuhan akan konseling masyarakat secara lebih luas. Kami di Dompet Dhuafa ingin sekali menyimpulkan ya dan ini menjadi satu pemahan kita bersama-sama bahwa ada kebutuhan masyarkat akan konseling. Dompet dhuafa selalu beusaha memberikan ide atau gagasan-gagasan yang bisa menggerakkan dengan basis volunterisme,” tutur Lestari.