KATACARA, MAKASSAR,-Universitas Hasanuddin kembali menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas dalam rangka upacara Penerimaan Jabatan Profesor Bidang Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran. Kegiatan dimulai pukul 09.00 Wita secara luring terbatas di Ruang Senat Akademik Unhas, Lt. 2 Gedung Rektorat, Kampus Tamalanrea, Makassar, Rabu (26/01).
Proses pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik, Dewan Professor, tamu undangan, serta keluarga besar dari dua professor yang dikukuhkan.
Dalam kesempatan tersebut, guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. dr. Andi Makbul Aman, Sp.PD., KEMD., FINASIM. Beliau merupakan guru besar dengan nomor keanggotaan 439. Lahir di Bulukumba pada 23 Juni 1964.
Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada Guru Besar yang dikukuhkan. Beliau mengatakan, Unhas berkomitmen untuk menghasilkan SDM berkualitas, termasuk peningkatan jumlah guru besar. Prof. Dwia menjelaskan pada 2021 lalu, Unhas menghasilkan 25 guru besar baru.
Hal ini merupakan wujud komitmen Unhas yang terus memaksimalkan SDM ungggul. Penambahan guru besar juga berdampak pada peningkatan hasil riset Unhas. Dengan konsep humaniversity, diharapkan seluruh sivitas akademika bisa terus memberikan komitmen dan kontribusi terbaiknya.
“Penambahan guru besar pada Fakultas Kedokteran kita harapkan semakin memberikan peran yang optimal. FK Unhas merupakan salah satu fakultas yang aktif terlibat mendukung Unhas sebagai kampus humaniversity,” jelas Prof. Dwia.
Sebelumnya, telah dilakukan pidato pengukuhan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Makbul. Pada pidato penerimaannya, beliau menjelaskan tentang “Optimalisasi Pengobatan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 : Ditinjau dari Aspek Genetik dan Epigenetik”.
Prof. Makbul menjelaskan diabetes melitus merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat kurangnya sekresi insulin pankreas atau gangguan kerja insulin di perifer. Hiperglikemia yang berlangsung kronik sesungguhnya sangat berbahaya karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Terdapat dua bentuk utama dari DM, yakni tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta pankreas yang massif, sehingga menyebabkan kekurangan insulin yang absolut. Pengobatannya melalui suntikan insulin untuk mencapai kadar gula darah normal.
Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit metabolik yang paling banyak ditemukan dan berkaitan erat dengan faktor genetik dan epigenetik.
“Penelitian saya berfokus pada DM tipe 2, dimana penyakit ini didasari oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan DM tipe 2 diantaranya obesitas, sedentary life style, asupan makanan berlebih, stress dan banyak lagi. Individu yang salah satu orang tua penyandang DM tipe 2 akan beresiko untuk menderita penyakit yang sama sebesar 40%, dan akan meningkat menjadi 70% bila kedua orang tua menderita DM tipe 2,” jelas Prof. Makbul.
Lebih lanjut, Prof. Makbul mengatakan upaya mengontrol glukosa darah pasien DM tipe 2 adalah dengan perubahan gaya hidup sehat seperti pengaturan diet, olahraga teratur, penurunan berat badan dan pemberian obat anti diabetes.
“Saat ini, telah tersedia berbagai jenis obat anti diabetes, baik yang diberikan secara oral maupun secara injeksi dengan mekanisme kerja berbeda-beda,” kata Prof. Makbul.
Faktor risiko utama untuk terjadinya DM tipe 2 tidak hanya didasarkan atas adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Namun, juga bagaimana faktor lingkungan akan memengaruhi ekspesi gen.
Pemahaman yang lengkap terhadap proses epigenetik yang berperan terhadap patofisiologi terjadinya hiperglikemik pada pasien DM tipe 2 merupakan bagian krusial untuk mencegah terjadinya prediabetes.
Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan Professor pada Fakultas Kedokteran berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 10.30 Wita. (*/mir)