Katacara, Jakarta,--PLN mendata 4.400 desa di wilayah terluar, terluar, tertinggal (3T) Indonesia masih belum menikmati listrik. Pasalnya, akses ke daerah-daerah tersebut sangat sulit. Di sisi lain membangun infrastruktur kelistrikan juga memerlukan investasi yang tidak sedikit.
Padahal penerangan sangat dibutuhkan petani di desa-desa. Petani memanfaatkan penerangan sebagai salah satu teknologi perangkap hama. Namun keterbatasan akses listrik di Desa Lirung Ubing, Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur juga menyebabkan para petani kesulitan memeriksa lahannya secara berkala di malam hari.
“Itu sebabnya kami menciptakan lentera bertenaga surya yang kami namakan SoLite. Lentera energi baru terbarukan ini mampu menghasilkan pencahayaan hingga 12 jam, tergantung tingkat kecerahan lampu yang digunakan. SoLite juga dilengkapi mode lampu SOS yang bisa digunakan warga dalam keadaan darurat,” jelas Ludovika Jannoke, M.Sc., dosen Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina (UPER).
- Mahasiswa UPER Bagikan Kiat Persiapan Belajar Ke Amerika
- Antisipasi Megathrust: Tips Siap Siaga Bencana dari Para Ahli
- UPH FESTIVAL 2024: Sambut Lebih dari 5.000 Mahasiswa Baru, UPH Dorong Mahasiswa Bijak Manfaatkan Teknologi AI
- Prof. Iskhaq Iskandar: Sang Kondektur Bus Kota Palembang jadi Guru Besar Universitas Sriwijaya
- Prof. Sukir Maryanto: Pedagang Dawet Kini Jadi Guru Besar Bidang Gunung Api di Universitas Brawijaya
Desa Lirung Ubing dipilih sebagai lokasi penerapan SoLite, karena hingga kini desa tersebut belum dialiri listrik PLN. Untuk mencukupi kebutuhan, masyarakat desa bergantung pada generator berbahan bakar minyak.
“Dengan kondisi listrik yang hanya mengalir 12 jam sehari, warga Desa Lirung Ubing tidak bisa beraktivitas luar rumah pada malam hari. Jika sedang musim hama, para petani tidak bisa memeriksa lahannya secara berkala di malam hari. Akibatnya mereka berpotensi gagal panen,” tambah Ludovika.
SoLite dibuat menggunakan toples kaca yang terdiri dari tiga elemen, yakni panel surya, lampu LED, dan baterai. Pada bagian tutup toples dimodifikasi untuk memasang mini solar panel module guna pengisian baterai. Kemudian di bagian bawah tutup dipasang sistem kelistrikan, baterai dan lampu LED.
SoLite memiliki spesifikasi baterai Lithium-ion 3.7V 1200mAh yang bisa menyimpan daya 4.4W. Lentera ini memiliki waktu pengisian baterai selama 18 jam, dengan cara menjemur tutup toples yang terdapat solar panel module di bawah sinar matahari.
Pada Rabu (27/01), SoLite telah berhasil didistribusikan dan dimanfaatkan pada 40 titik penerangan di fasilitas-fasilitas umum warga Desa Lirung Ubing. Dengan menggunakan lentera SoLite, diharapkan masyarakat bisa lebih hemat karena listrik yang dihasilkan dari genset bisa digunakan untuk keperluan lain seperti untuk menonton televisi, mengisi daya smartphone dan sebagainya.
Bagi siswa-siswi yang tertarik untuk mengembangkan energi baru terbarukan dapat bergabung dengan Universitas Pertamina. Saat ini Universitas Pertamina sedang membuka Seleksi Nilai Rapor (tanpa tes) Periode Februari untuk Tahun Akademik 2023/2024. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat mengunjungi laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id/