Hubungan Maritim Sulsel dan Australia Utara dari Perspektif Sejarah Geo Politik

KATACARA, MAKASSAR–Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin menyelenggarakan Webinar Diaspora Series ke-12 dengan tema “Pemetaan Hubungan Maritim antara Sulawesi Selatan dan Australia Utara: Perspektif Kesejarahan dan Geo-Politik”.

Kegiatan yang menghadirkan Dr. Priyambudi Sulistiyanto (Dosen Senior, Department Ilmu Budaya, Seni dan Ilmu Sosial, Flinders University, Australia) sebagai narasumber berlangsung mulai pukul 13.30 Wita secara virtual melalui aplikasi zoom meeting, Senin (20/09).

Mengawali kegiatan, Dekan Fisip Unhas Prof. Dr. Armin Arsyad, Ph.D., mengharapkan kuliah tamu ini memberikan manfaat bagi mahasiswa dan dosen Unhas, untuk membuka wawasan pengetahuan baru, utamanya mengenai hubungan antara Sulsel dan Australia dalam bidang maritim.

“Tema yang dibahas sangat menarik, dimana pada aspek sistem politik, kedua negara harus saling menguntungkan. Secara Geo-Politik, Indonesia dan Australia telah lama menjalin kerja sama dalam bidang ekonomi dan keamanan. Kehadiran narasumber akan semakin menambah informasi kita mengenai hal tersebut,” jelas Prof. Armin.

Kegiatan resmi dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unhas, Prof. dr. Nasrum Massi, Ph.D. Dalam sambutannya, beliau mengatakan kuliah tamu terlaksana selain sebagai wadah pengembangan keilmuan, juga salah satu langkah strategis Unhas memperluas dan membangun kemitraan baik nasional maupun internasional.

Lebih lanjut, beliau juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi dan keterlibatan aktif seluruh unit kerja Unhas yang menghadirlan kegiatan dengan menghadirkan narasumber dengan pengalaman luar biasa. Seluruh fakultas terlibat memberikan wadah informasi sesuai bidang masing-masing. Hal ini menjadi wujud nyata kolaborasi seluruh pihak untuk mendukung target Unhas sebagai WCU.

Pada kesempatan tersebut, Priyambudi menjelaskan empat poin utama yakni pentingnya hubungan Indonesia dan Australia, hubungan maritim antara Sulawesi Selatan dan Australia Utara, dinamika maritim dan budidaya tripang di Indonesia Timur dan Sulawesi Selatan serta Perspektif Geo-Politik Sulsel dan Australia.

Sejarah telah menjelaskan bagaiman hubungan Indonesia dan Australia melalui jalur perdagangan tripang antara pelaut Makassar/Bugis dengan penduduk asli Aborijin di wilayah Arnhem, Australia Utara. Hubungan kedua negara juga terlihat dari dukungan serikat buruh pelabuhan di Australia untuk perjuangan kemerdekaan RI pada tahun 1945-1949 dan beberapa gambaran sejarah lainnya.

“Stabilitas politik Indonesia juga berdampak pada kemakmuran Australia. Hal ini terjadi karena Australia mengekspor barang jasa mereka ke negara-nehara Asia melalui jalur strategis maritim Indonesia, utamanya Selat Sulawesi,” jelas Priyambudi.

Pemetaan hubungan maritim di Indonesia Timur akan bermanfaat untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang jejak gemilang hubungan maritim Sulsel dan Australia Utara.

Selain itu, juga berdampak pada kajian Geo-Strategis pada perairan sekitar Sulawesi, Maluku dan Arafura, sekaligus mengkaji secara mendalam kemungkinan adanya pertarungan dalam menguasai sumberdaya alam dan manusia antara superpower, middlepower dan emerging power Indonesia Timur.

Kegiatan yang dipandu oleh A. Ahmad Yani, M.Si., MPA., M.Sc., (Dosen Department Ilmu Administrasi, Fisip Unhas) selaku moderator diikuti kurang lebih 100 peserta berlangsung lancar hingga pukul 15.30 Wita. (*/mir)