Universitas Pertamina Gelar Seminar Internasional Korea-ASEAN Solidarity Initiatives

Katacara, Jakarta,–-Melansir dari laman resmi ASEAN, Korea Selatan menjadi mitra internasional penting ASEAN sejak tahun 1989. Pada tahun 2015, ASEAN dan Korea Selatan menandatangani perjanjian ASEAN-Korea Free Trade Area yang mempermudah transaksi perdagangan antara ASEAN dengan Korea Selatan. Dampaknya, hingga tahun 2020 Korea Selatan menjadi mitra ekonomi terbesar ke empat ASEAN dengan total perdagangan dua arah mencapai 154,2 miliar USD.

Berbicara pada kegiatan International Webinar Korea-ASEAN Solidarity Initiatives (KASI): Epicentrum of Peace and Prosperity in the Indo-Pacific, Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Kwon Hee Seok, mengatakan, melalui kemitraan dengan ASEAN, Korea Selatan memiliki visi untuk mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang bebas, damai, dan makmur.

“Melalui kemitraan ini, kami akan berusaha keras untuk menegakkan tatanan internasional seperti demokrasi, hak asasi manusia, perdamaian. Juga memainkan peran aktif untuk mencegah terjadinya konflik serta menegakkan prinsip perdamaian dan resolusi,” jelas Kwon.

Seminar internasional Korea-ASEAN Solidarity Initiatives diselenggarakan atas kerja sama Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina dengan Kantor Berita Politik RMOL.ID. Acara ini turut dihadiri Asisten Deputi Kerja Sama Regional dan Sub Regional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Netty Muharni, CEO Kantor Berita Politik RMOL.ID, Teguh Santosa, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Financial Attache of Korean Mission to ASEAN, Kim Taek Dong, serta Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN-MOFA, Sidharto Reza Suryodipuro.

Dalam sambutannya, Netty menyebut kemitraan yang dibangun antara ASEAN dan Korea Selatan memainkan peran penting dalam perekonomian di regional Indo-Pasifik.

“Di tahun 2030 nanti wilayah Indo-Pasifik diperkirakan akan memiliki 3,5 juta jiwa populasi kelas menengah. Potensi ekonomi ini telah menarik perhatian dari banyak kekuatan global untuk datang ke kawasan Indo-Pasifik yang mengarah kepada terbentuknya kawasan ini sebagai tahap kontestasi neopolitik dan geoekonomi baru,” ujar Netty.

Sebagai salah satu negara anggota ASEAN, Indonesia juga memiliki hubungan diplomatik yang dekat dengan Korea Selatan. Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, hubungan baik di antara kedua negara telah berlangsung selama 49 tahun. Indonesia tercatat telah menjadi destinasi investasi Korea Selatan terbanyak ke-2 setelah Vietnam. Tidak hanya kerja sama ekonomi, hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan juga dijajaki di berbagai bidang seperti pariwisata, edukasi, serta kerja sama antarkota dan antarprovinsi.

Sementara itu Rektor Universitas Pertamina, Prof. Ir. I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, Ph.D., menekankan perlunya sinergi antara dunia akademik, pemerintahan, industri, dan media dalam menghadapi era ketidakpastian. Mulai dari situasi geopolitik yang selalu dinamis, perubahan iklim, hingga Covid-19.

“Seminar interasional ini mempertemukan para pemimpin, peneliti, akademisi dan profesional untuk berdiskusi tentang Korea-ASEAN Solidarity Initiative atau KASI. Saya harap kegiatan positif ini dapat memperkuat kesepahaman di antara masyarakat Korea Selatan dan ASEAN, terutama masyarakat Indonesia,” tutur Prof. Wirat.

Bagi siswa/i yang tertarik dengan isu politik luar negeri dapat bergabung dengan Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina. Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut sedang membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor (Non Tes) Periode Desember 2022 untuk Tahun Akademik 2023/2024. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id