Katacara, Makassar– Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin melalui Departemen Ilmu Tanah menyelenggarakan Simposium Internasional bertajuk “International Symposium on Transdisciplinary Research” yang membahas terkait inovasi otonom di Komunitas Pedesaan Malawi dan Indonesia serta implikasinya terhadap Transformasi Sosial-Ekologis Menuju Masa Depan Berkelanjutan.
Kegiatan berlangsung di Aula Gedung LPPM, Kampus Unhas, Makassar, Kamis (25/7).
Pemaparan laporan simposium oleh Dr. Ir. Asmita Ahmad, ST., M.Si selaku ketua panitia. Ia mengungkapkan harapan agar simposium hari ini dapat menjadi forum diskusi baik yang peserta yang mengikuti kegiatan tersebut.
Adapun pembicara yang hadir Prof. Dr. Ir. Salengke, M.Sc (Dekan Fakultas Pertanian Unhas), Prof. Tetsu Sato (Collaborative Regional Innovation, Ehime University), dan Prof. Dr. Ir. Dorothea Agnes Rampisela, M.Sc.
Hadir pula pemateri representatif dari kolaborasi tersebut yakni, Prof. Motoko Shimagani (Researcher), Mr. Herwin Hartawan (Leader of Untuk Indonesia Hijau, Polewali, West Sulawesi, Indonesia), Dr. Yasuko Kusakari (JICA Expert and Long-Term Researcher on Well-being in the IntNRSMS Project), Ohashi Koichi (Head of Japan Consular Office in Makassar), John Banana Matewere (Team Leader, Sustainable Cape Maclear), dan Ilyas (Leader of Federation of Waters Users Association).
Prof. Salengke dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada para narasumber yang akan saling berbagi pengetahuan dan inovasi dalam simposium hari ini. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat merupakan kesempatan yang sangat baik untuk memperluas jaringan dengan para perwakilan pelaku tani yang turut hadir.
“Saya rasa disinilah kita dapat berbagi pengetahuan, ide, dan saling memberikan solusi atas isu-isu pertanian yang dihadapi,” jelas Prof Salengke.
Prof. Salengke juga menambahkan bahwa kegiatan ini juga penting bagi mahasiswa yang bergabung secara daring maupun luring yang mungkin saja dapat menjadi gambaran penelitian mereka di masa depan.
Pada kesempatan yang sama, Prof Tetsu Sato turut mengungkapkan apresiasi dan kebanggaan telah menjadi bagian dalam simposium tersebut. Harapannya agar seluruh pihak yang hadir mulai dari perwakilan Indonesia, Jepang, dan Malawi dapat membahas berbagai hal dalam lingkup agrikultur.
“Ilmu pengetahuan sangatlah penting, kita mungkin tidak sadar betapa perlunya ilmu pengetahuan untuk menciptakan platform berkelanjutan untuk mengembangkan komunitas,” tambahnya.
Akhir kegiatan dilanjutkan dengan sesi pemaparan produk dan usaha oleh sebanyak 13 pelaku usaha tani di Sulawesi Selatan.(*)