KATACARA, JAKARTA, – Hingga 23 September 2021, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyebutkan jumlah masyarakat Indonesia yang mendapat vaksin Covid-19 mencapai 133,2 juta orang. Vaksinasi dosis ke-1 telah diberikan kepada 84,12 juta orang, dan vaksinasi dosis ke-2 telah diberikan kepada 47,34 juta orang. Sisanya, sebanyak 1,75 juta dosis dialokasikan untuk vaksinasi gotong royong. Untuk mengakselerasi target 208,2 juta penduduk, pemerintah terus melakukan berbagai upaya.
Selain percepatan proses pengadaan dan produksi vaksin, pembangunan dan penyediaan infrastruktur vaksin juga menjadi perhatian pemerintah. Salah satunya, dilakukan melalui pembelian 55 unit tempat penyimpanan khusus vaksin dengan suhu mencapai minus 80 derajat celcius. Disebutkan Kementerian Kesehatan, pengadaan infrastruktur tersebut merupakan upaya pemerintah memperkuat distribusi logistik penyaluran vaksin.
Namun, tantangan distribusi vaksin di Indonesia saat ini masih cukup berat. Ada beberapa tantangan seperti disrupsi pasokan, jalur distribusi yang sulit, data aktual kebutuhan dan ketersediaan, dan lain sebagainya. Tim mahasiswa Program Studi Teknik Logistik Universitas Pertamina kemudian menawarkan solusi optimalisasi rantai pasok distribusi vaksin Covid-19.
“Gagasan yang kami ajukan adalah distribusi dengan konsep jaringan rantai pasok baru. Tim mengkombinasikan dua klasifikasi, yaitu Manufaturer with Direct Shipping dan Distributor Storage with Last-Mile Delivery. Tim juga memberikan rekomendasi pengiriman menggunakan armada berteknologi tinggi dengan mesin pendingin di dalam kontainernya, agar Vaksin Covid-19 dapat terdistribusi dengan kualitas terbaik tanpa harus membangun Cold Storage. Dengan demikian, baik dari segi biaya maupun proses, akan jauh lebih efektif dan efisien,” tutur Fajril, salah satu anggota tim.
Fajril melanjutkan, ide lain yang juga diusulkan oleh tim adalah Integrasi Sistem Informasi menggunakan Dynamic System Approach. “Tujuannya agar setiap informasi dalam jaringan rantai pasok terdistribusi secara real time kepada semua pihak, misalnya terkait supply & demand vaksin. Serangkaian proses ini kemudian menghasilkan output berupa rekomendasi keputusan atau kebijakan dalam proses distribusi vaksin Covid-19 di setiap daerah di Indonesia,” sambung Fajril.